Berbicara tentang kemerdekaan Indonesia, pastilah kita juga akan berbicara tentang peran pemuda dalam mewujudkan kemerdekaan ini. Kemerdekaan dan pemuda telah menjadi sepasang kata yang intim, akrab dan berkorelasi. Pemuda telah berkontribusi besar dalam upaya bangsa ini meraih kemerdekaannya. Pemuda lah yang menjadi motor utama penggerak terciptanya kemerdekaan sebagaimana yang kita nikmati sekarang.
Menilik sejarah lalu, terjadinya kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah hasil jerih payah para pemuda yang menginginkan kemerdekaan dari bangsanya sendiri. Bukan merupakan hadiah dari bangsa lain. Mungkin juga, kemerdekaan Indonesia tak akan hadir pada tanggal 17 Agustus 1945 andaikan para pemuda yang dimotori oleh Sukarni tidak menculik proklamator kemerdekaan Indonesia ke Rengasdengklok pada malam sebelum proklamasi.
Upaya heroik ini akhirnya yang mengantarkan Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan pada siang harinya, tepat pada hari Jumat pukul 10.00. Indonesia pun menjadi bangsa pertama di dunia yang merdeka pasca berakhirnya Perang Dunia II. Tentu ini menjadi sebuah kebanggaan besar bagi kita yang tak lekang oleh zaman sampai sekarang.
Sekarang, 64 tahun setelah kemerdekaan Indonesia, timbul pertanyaan mendasar: Masihkah para pemuda Indonesia berjuang untuk bangsanya? Pertanyaan naif ini pun muncul untuk membandingkan realita zaman yang ternyata sekarang sudah sangat berubah. Tidak ada lagi penjajah asing yang mencengkeram kemerdekaan berkehidupan berbangsa dan bernegara. Terlebih lagi, kini ditandai pula dengan majunya teknologi dan globalisasi. Oleh karena itu, perlu ada ukuran lain untuk mengetahui seberapa besar kontribusi perjuangan pemuda pada bangsanya di era sekarang.
Pemuda adalah komponen masyarakat yang paling enerjik dan kuat untuk melakukan perubahan yang lebih baik demi bangsanya. Menarik dicermati, jika kehebatan pemuda ini dikaitkan dengan upaya pembangunan ekonomi Indonesia. Pemuda lah yang diharapkan untuk mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat indonesia. Logikanya, jika pemudanya mampu menaikkan derajat kesejahteraannya, maka yang jelas, bangsa ini pun akan sejahtera. Pemuda mampu menciptakan multiplier effect besar yang mengantarkan masyarakat seluruhnya kian sejahtera.
Namun, yang terjadi pada kenyataannya, masih menjadi fakta miris bahwa para pemuda Indonesia belum mampu berkontribusi besar dalam pembangunan ekonomi. Tingkat pengangguran kaum pemuda masih sangat tinggi. Dari data Kemenegpora, pada tahun 2008, 37,8% pemuda Indonesia adalah pengangguran. Jumlah sebanyak itu menjadi cerminan pemuda belum lah menjadi penggerak majunya ekonomi bangsa, malahan yang terjadi sebaliknya: menjadi beban negara.
Oleh karena itu, pemuda Indonesia harus bangkit! Momentum kemerdekaan tahun ini harus dimanfaatkan sebagai perangsang timbulnya generasi muda yang kontributif. Pemuda Indonesia musti mandiri dan inovatif. Berperan aktif dalam penciptaan sosok-sosok wirausaha muda tentu menjadi salah satu cara pemuda agar mampu menjadi tulang punggung ekonomi bangsa. Tentu sangat bagus, jika pemuda sekarang mampu sama berkontribusinya dengan pemuda zaman kemerdekaan dulu.
Dalam konteks sekarang, menciptakan lapangan kerja secara mandiri dengan berwirausaha merupakan langkah tepat pemuda berjuang demi bangsanya. Pemuda harus terdorong bahwa upaya ini akan dapat menciptakan kemandirian ekonomi Indonesia. Jikalau ekonomi kita telah mandiri, kita pun akan mampu merengkuh kemerdekaan yang selanjutnya, yaitu kemerdekaan ekonomi. Para pemuda lah yang menjadi inisiator utama kemerdekaan ekonomi negeri ini! Merdeka dengan semangat wirausaha kaum muda!
*Artikel dimuat di Harian Seputar Indonesia, 12 Agustus 2009