Rasionalitas Di Atas Loyalitas

Diposting oleh Iqbal Kautsar | 05.48 | , | 0 komentar »

Dari kemarin, seluruh rakyat telah puas menyimak bahwa semua capres telah menyampaikan janji-janji kemakmuran untuk bangsa ini, apapun slogan dan program yang diusungnya. Semua capres dipastikan mendukung upaya pemberantasan korupsi. Semua capres berjanji ingin membangun petani, buruh, nelayan dan kaum-kaum marjinal lain. Semua capres telah bersuara menolak dominasi asing dalam perekonomian Indonesia. Semua capres bervisi-misi meningkatkan akses dan kualitas pendidikan rakyat. 

Hari ini, 8 Juli 2009, tibalah hari keramat yang akan sangat menentukan perjalanan bangsa ini selama lima tahun kedepan. Hari ini, Pilpres 2009 dilaksanakan serentak seluruh Indonesia. Segala visi-misi dan program capres-cawapres telah dikantongi. Sekitar 175 juta rakyat Indonesia – kecuali golput – berbondong-bondong datang menuju bilik suara untuk memberikan suaranya kepada salah satu capres-cawapres pilihannya. Rakyat datang mencontreng dengan membawa harapan tinggi, yaitu: ingin mendapatkan pemimpin yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat .

Setiap terjadi pemilu pastinya alasan pemilih memilih akan bersangkut paut dengan dua hal utama yaitu, rasionalitas dan loyalitas. Pemilih yang mengedepankan rasionalitasnya adalah pemilih yang rasional. Pemilih rasional adalah orang yang menentukan pilihan politiknya berdasarkan perhitungan untung dan rugi. Dalam Pilpres ini, pemilih rasional akan memilih pasangan calon presiden/wakil presiden, yang menurut perhitungan bisa membawa keuntungan baginya – dan juga rakyat – di masa depan, apa pun bentuk keuntungan itu.

Sedangkan pemilih yang loyal adalah pemilih yang memiliki loyalitas dan kesetiaan pada salah satu figur pribadi calon. Dasar pemilih loyal terbangun karena sudah adanya ikatan psikologis dan emosional yang kuat antara figur dengan pendukungnya. Sesosok figur dipandang memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah bangsa yang didasari pada sifat dan kepribadian yang melekatnya. Pemilih loyal cenderung memberikan hak suaranya berdasarkan kesamaan pandangan, sifat dan ideologi yang dimiliki figurnya.

Menurut pribadi penulis, rasionalitas harus dijunjung di atas loyalitas. Dengan demikian, kita akan lebih terfokus pada visi-misi dan program capres mana yang lebih menguntungkan rakyat pada saat penjabatannya. Pemilih yang rasional tentu akan bisa mengetahui mana yang yang terbaik bagi bangsa ini karena pilihannya dilandaskan pada perhitungan yang bermanfaat.

Rasional dalam memilih akan menghindarkan kita dari kebutaan (blindness) pada calon presidennya. Figur yang semata-mata didukung berdasarkan sifat yang melekat tanpa diperhatikan program yang dimilikinya, tentu bisa menjadi sebuah kamuflase yang menyesatkan rakyat. Kita bisa kena tipu bahwa di masa mendatang ternyata apa yang dijanjikannya hanya omong kosong belaka. Ini mungkin terjadi karena kita tidak rasional dan jujur memilih seseorang yang kenyataannya bukan menjadi sosok pemimpin terbaik.

Sekarang, Pilpres 2009 adalah saat tepat untuk rakyat menentukan pilihan siapa yang tepat duduk di singgasana RI-1 dan RI-2 berdasarkan rasionalitasnya. Dengan mengedepankan rasionalitasnya, ini sebagai indikator pula bahwa bangsa ini telah semakin cerdas dalam berdemokrasi. Hari ini, marilah mencontreng dengan rasionalitas kita pada capres-cawapres demi Indonesia yang lebih baik.


0 komentar