Saatnya Memilah Janji

Diposting oleh Iqbal Kautsar | 20.00 | , , | 0 komentar »

Hari ini, 5 April 2009, adalah hari terakhir semua kontestan Pemilu 2009 melakukan kegiatan kampanyenya. Terhitung sudah tiga minggu, insan parpol habis-habisan berkampanye secara terbuka dengan beragam metode yang dianggapnya paling memikat rakyat. Bahkan, telah 9 bulan lebih semua parpol dan caleg-calegnya unjuk gigi di mata rakyat atas janji-janji kesejahteraannya. Tentu, semua peserta telah puas mencurahkan segala dayanya untuk mengikat sebanyak mungkin pemilih.

Setelah ini, rehat beberapa hari menuju Pemilu 9 April pun siap menanti sekaligus memberi kesempatan rakyat untuk khusyuk dalam menjatuhkan pilihannya pada Pemilu 2009. Janji-janji yang digaungkan kontestan secara menjanjikan perlu dipilah-pilah dengan berdasar pada hati nurani terdalam. Manakah janji yang hanya berupa pepesan kosong atau janji berupa harapan yang realistis terwujudkan, rakyat lah yang berhak menentukan.

Tercatat secara nasional, Pemilu legislatif DPR diikuti 38 partai politik dan 11.301 calon anggota legislatif, adapun caleg Dewan Perwakilan Daerah sebanyak 1.116 orang. Jika ditambah dengan caleg DPR provinsi dan kota/kabupaten, jumlah caleg pun pasti semakin membengkak. Bisa dibayangkan berapa banyak janji-janji kampanye yang telah diumbar semua calon legislatif kita. Alam pikir kita pun sampai kenyang tercekcoki janji-janji politik karena begitu mendominasinya publisitas janji-janji itu dalam kehidupan kita.

Kondisi ini memang sesuatu yang lumrah jika menilik hakikat dasar atas janji itu. Hakikatnya, janji adalah perkataan yang disuarakan sepihak saat awal sebelum terjadinya persitiwa untuk mencapai maksud tujuan tertentu. Imbas dari janji itu adalah ada pihak lain yang percaya dan bersedia untuk diarahkan demi pencapaian tujuan itu. Dan, ada konsekuensi atas sebuah janji, yaitu harus ditepati, karena ibarat pepatah janji adalah hutang. Ini berlaku pula pada janji-janji politik yang telah disuarakan para kontestan Pemilu 2009 selama kampanye. Sehabis terpilih dalam Pemilu, janji-janji pun mesti direalisasikan.

Sayangnya, berkaca pada pengalaman Pemilu terdahulu, janji-janji politik itu malah dijadikan sebagai instrumen utama untuk membohongi rakyat. Janji politik hanya dijadikan sebagai alat pengeruk suara rakyat, yang nyatanya kemudian diabaikan dan dijadikan tumbal penyejahtera legislator di atas penderitaan rakyat. Janji-janji meningkatkan taraf hidup masyarakat hanyalah isapan jempol belaka. Buktinya, angka kemiskinan masih mencapai 33 juta lebih, tak jauh-jauh berubah dari sebelum janji-janji politik itu didengungkan.

Pemilu legislatif 2009 belum terlaksana. Masih ada waktu untuk mengevaluasi dan memilih janji-janji politik mana yang benar-benar akan menyejahterakan rakyat.. Track record semua caleg dan parpolnya pun telah terpublikasi secara gamblang dan bisa menjadi pertimbangan penting untuk menentukan pilihan. Rakyat pun semakin cerdas menanggapi segala janji politik sehingga kita pun optimis bahwa hasil Pemilu 2009 akan sesuai dengan harapan bangsa Indonesia untuk lebih sejahtera.

0 komentar